Saat siap2 pulang kuliah, mendadak seorang teman sefakultas saya bertanya: “May, kalo kamu berangkat kuliah, yang masak siapa dong?”  Saya tersenyum geli mendengarnya lalu menjawab: “Ya bapaknyalah, masak sikembar yang masak? hihhih”.  Kemudian dia balik bertanya: “Emang selera kalian sama?”  Trus saya jawab lagi: ” Ya iyalah, kita kan sama2 bukan org konglomerat, bukan juga org melarat, jadi makan apa aja gak masalah”.

Pertanyaan teman saya tadi membuat saya tiba-tiba menangkap sesuatu. Ternyata tak sedikit orang yang tak sekedar mencari JODOH HATInya, tapi juga JODOH LIDAH. Maksudnya? Hmm…jadi gini, pernah gak ngelihat pasangan yang sering mengeluh satu sama lain gara-gara gak cocok ama selera pasangannya? Yup, misalnya suaminya org Sunda, makannya sayur segar atau yg mentah melulu, sedangkan suaminya org Padang, seleranya masakan penuh rempah2 en pedas2 gitu 😀

selera

Sebenarnya, JODOH LIDAH gak terlalu penting untuk diseriusi, dengan bekal JODOH HATI, semua masalah perbedaan selera itu bisa teratasi. Tentu saja dengan menerima apa adanya, saling terbuka, intinya pasangan dapat mengkomunikasikan masalahnya tersebut.  Kalau misalnya kita dapat mempengaruhi pasangan utk mencicipi dan mencoba makanan kesukaan kita, kenapa gak dicoba?  Lucu kan kalo harus bertengkar,  buang2 energi dan waktu gara2 gak sreg dgn selera lidah suami?

Ada juga sih solusi lain.  Teman saya yang bersuamikan org Turki malah dgn ikhlas masak dua jenis masakan setiap kali dia ingin kangen dgn makanan kesukaannya.  Contohnya, dia memasak sayur tanpa bumbu selera suaminya, setelah itu dia masak lagi sayur campuran berbumbu favoritnya. Wow, repot juga y 🙂

Nah, teman2 yg mau nikah, ada baiknya mempertimbangkan masalah JODOH LIDAH ini. Good Luck 😉