Baru-baru ini seorang teman sempat ngirim sms curhat karena ia harus berpisah dengan suaminya tercinta. Ia di tanah air, sedangkan suami masih harus studi di luar negeri. Sedihnya lagi, ia sebentar lagi akan melahirkan buah hatinya tercinta tanpa kehadiran suami 😦

Hmm, kalo dibayangin sih, long distance dengan suami itu lebih banyak beratnya. Tapi, kalo saya pribadi yang udah jalanin long distance beberapa bulan ini, ternyata gak seberat yang kita bayangkan. Berikut ini tips-tipsnya:

Pertama, positive thinking aja. Banyak keuntungan kalo kita sedang long distance dengan suami seperti, pekerjaan sebagai istri sedikit berkurang, cucian gak sebanyak biasanya, gak bakal ada rutinitas nyetrika ato mengurus kebutuhan suami, dan tentunya pahala tambah banyak karena semua ladang amal kita yang handle sendiri. Dan, biasanya, setelah berpisah lama, kita akan serasa jadi pengantin baru lagi pas ketemuan heheh.

Selama suami gak ada, kita bisa banyak intropeksi dan mengetahui seberapa besar arti suami. Menyadari betapa besar arti keberadaan suami membuat kita akan lebih perhatian dan berterima kasih pada suami kalo ia udah berada di sisi kita kembali. Kita akan lebih belajar mandiri, lebih tegar, lebih sabar, manjanya bisa dikurangi, dan pelajaran-pelajaran yang secara gak langsung akan menambah perbendaharaan karakter positif kita πŸ™‚

kedua, berkomunikasi via apa aja. Sekarang kan udah canggih, kita kangen liat wajah suami, kan udah ada webcam. Telpon via internet yg tentu lbh murah, sms-an, ato bisa juga sekedar miss call (miskol suami dapat pahala loh hehe). Baiknya sih, pasangan sudah mengatur jadwal kapan akan melakukan komunikasi, janjian chat, dll. Misalnya kapan buah hati sudah terlelap, ato pas istri sedang senggang, sehingga ketika suami menelpon, istri bisa langsung angkat dan berkomunikasi dengan bebas. Ato bisa juga, suami sms terlebih dulu kalo mau nelpon, ato chat, begitupun sebaliknya.

ketiga, tanamkan saling percaya. Meskipun kita berjauhan, kita tetap bisa saling menjaga, menasehati, menyemangati, dan menguatkan yang akan menambah saling percaya di antara pasangan πŸ™‚

keempat, sebaiknya untuk sementara, pasangan yang ditinggal, numpang di rumah orangtua ato keluarga terdekat biar beban sedikit berkurang. apalagi jika harus mengurus anak-anak, akan lebih baik jika ada keluarga yang menemani dan membantu. Lagipula, tinggal sendirian ato hanya ditemani buah hati akan lebih membuat anda merasakan kesepian. Jadi kalo ada apa-apa, suami tidak akan terlalu khawatir.

kelima, carilah kesibukan di luar rumah jika memungkinkan. Saya misalnya, mengajar hampir setiap hari, ikut membantu jika ada kegiatan di luar rumah, sehingga hari-hari long distance gak bakal terasa. atau anda bisa mengisi waktu dengan menulis perasaan-perasaan anda saat tanpa suami, bermain internet, membaca, berpetualang bersama buah hati, dan kesibukan bermanfaat lainnya.

selanjutnya, kalo ada something wrong, ada hal-hal yang gak enak, misalnya anak lagi sakit, di rumah anda ada masalah dengan keluarga, mertua kecelakaan, dll, jangan langsung buru-buru hubungi suami. Usahakan anda mengatasinya sendiri bersama keluarga, sehingga suami yang berada di belahan dunia sana tidak stres, tidak khawatir yang malah akan membuat ia tidak tenang. Jangan sampai hal-hal kecil yang seharusnya anda bisa usahakan sendiri, membuat suami anda ikut panik dan tidak konsen dengan tugas/kuliahnya di sana.

Sebenarnya saya pun terkadang begitu, dikit-dikit panik en maunya suami harus langsung tahu padahal cuma masalah sepele). tapi, sekarang saya sadar, kalo sikap seperti itu kesannya kekanak-kanakan, gak dewasa, sehingga saya berusaha menanagkan situasi terlebih dahulu sebelum mengabari suami.

terakhir, nah, yang paling susah nih kalo udah berkaitan dengan hubungan seks. Haha, masa’ harus pelukan ama bantal guling? Iya, long distance yang paling terasa kan adalah si dia secara fisik gak bakal bisa dihadirkan. Kalo kebutuhan non-fisik, mungkin masih bisa diganti via sarana komunikasi yang ada. Tapi kalo seks?

Hmm, enjoy aja. Yang biasanya gak enjoy itu suami, soalnya laki-laki lebih susah menafikan dan mengalihkan kebutuhan seksnya ketika sedang butuh. Nah, sebaiknya suami banyak-banyak puasa. Di samping itu, sebenarnya istri bisa aja ngirim sms “nakal” untuk suami, ato pas lagi chat misalnya, dan hal-hal “gila bin kreatif” yang bisa anda lakukan saat suami menelpon hahaha (aduh, susah jelasin detilnya).

So, be happy aja yaa, bentar lagi ia juga bakal pulang kok πŸ™‚